Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

√ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote

√ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote - Selamat berjumpa kembali sahabat SMK NEGERI 1 SERI KUALA LOBAM, Senang dapat bertemu anda kembali untuk membahas materi atau artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga pembahasan postingan atau artikel kategori Artikel Cerita Rakyat, Artikel Sulawesi Utara, yang kami tulis ini dapat anda pahami. Tanpa memperpanjang basa-basi lagi, kami sampaikan selamat membaca.

Seberapa dalam artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote ini dapat kami bahas dan jabarkan kepada anda, kiranya tidak mengurangi makna. Kami hanya berpesan kepada pembaca SMK NEGERI 1 SERI KUALA LOBAM, jadikan artikel kami ini sebagai materi tambahan. Jika masih kurang lengkap, pembaca dapat menambah wawasan dengan mencari artikel serupa diblog lainnya atau menanyakan langsung kepada pakar yang mahir dengan masalah √ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote. Selamat menambah wawasan!

√ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote

Seorang laki-laki bernama Lahilote tinggal tak jauh dari mata air. Pekerjaannya adalah pencari rotan di hutan. Suatu hari, dia melihat tujuh bidadari mandi di sungai. Suara canda tawa mereka terdengar sampai kejauhan. Saat mereka sedang mandi, Lahilote mengambil selendang salah satu bidadari, lalu menyembunyikannya di suatu tempat.

Ketuju bidadari itu menyadari ada seseorang yang mengintipnya. Lalu, mereka bergegas mengambil selendang masing-masing dan terbang ke kahyangan. Namun, satu di antara mereka tidak menemukan selendangnya karena disembunyikan Lahilote.

Lahilote mendekati bidadari yang kehilangan selendangnya dan menawarkan bantuannya supaya si bidadari tinggal di rumahnya. Lama mereka tinggal bersama, akhirnya keduanya saling jatuh cinta dan menikah.
Namun, beberapa waktu setelah mereka menikah, istri Lahilote menemukan selendangnya dalam sebuah tabung bambu. Gembira betul dia. Kemudian, dia pun terbang ke kahyangan.

Sementara itu, Lahilote yang baru pulang dari mencari rotan di hutan terkejut istri dan selendang dalam bambu sudah tidak ada lagi. Dia benar-benar gundah. Seorang Polahi, suku yang tinggal di tengah hutan hadir di hadapannya - lalu datang membawa sebuah rotan hutiya mala. Polahi berkata, "Rotan ini akan memandung ke kahyangan. Temukan istrimu di sana."

Lahilote pergi ke kahyangan dan bertemu istrinya. Di kahyangan mereka berdua kembali bersatu. Pada suatu kesempatan mereka berdua sedang asyik berbicara. Lahilote duduk di sebatang kayu, sementara istrinya sibuk mencari kutu di kepala Lahilote. Saat itulah, dia terkejut melihat uban di kepala suaminya. Dia ingat aturan bahwa seorang yang beruban tidak boleh tinggal di istana. Lahilote bertanya, "Kenapa tidak boleh apa alasannya? Bukankah kamu mencintaiku?"

"Apalah arti cinta kalau kamu sudah beruban? Apalah artinya sebuah kahyangan kalau kamu tinggal bayangan?"

Lahilote tidak menyangka akibat yang diterima sungguh berat. Dia pun turun ke bumi dengan sebilah papan. Dia benar-benar terpukul atas peristiwa itu. Maka, dia bersumpah, "Sampai senja usiaku, berbatas pantai Pohe berujung kain kafan, telapak kakiku akan terpatri di sana sepanjang zaman." [CJ]







Penutup Artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote

Demikian artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote kali ini, semoga bisa memberi manfaat untuk anda semua pembaca blog SMK NEGERI 1 SERI KUALA LOBAM. Allright, sampai jumpa pada postingan artikel lainnya.

Baru saja anda membaca artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote dengan alamat link https://smkn1serikualalobam.blogspot.com/2010/01/cerita-rakyat-indonesia-9-batu-tapak.html

Artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote ini kami arsipkan pada kategori Cerita Rakyat Sulawesi Utara.

Post a Comment for "√ Cerita Rakyat Indonesia #9 - Batu Tapak Kaki Lahilote"