√ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale
√ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale - Selamat berjumpa kembali sahabat SMK NEGERI 1 SERI KUALA LOBAM, Senang dapat bertemu anda kembali untuk membahas materi atau artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga pembahasan postingan atau artikel kategori
Artikel Cerita Rakyat,
Artikel Lombok, yang kami tulis ini dapat anda pahami. Tanpa memperpanjang basa-basi lagi, kami sampaikan selamat membaca.
Seberapa dalam artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale ini dapat kami bahas dan jabarkan kepada anda, kiranya tidak mengurangi makna. Kami hanya berpesan kepada pembaca SMK NEGERI 1 SERI KUALA LOBAM, jadikan artikel kami ini sebagai materi tambahan. Jika masih kurang lengkap, pembaca dapat menambah wawasan dengan mencari artikel serupa diblog lainnya atau menanyakan langsung kepada pakar yang mahir dengan masalah √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale. Selamat menambah wawasan!
Selain semua kegiatan itu, digelar juga pertunjukan mengenai asal-usul penangkapan Nyale, yang didasarkan pada naskah drama kolosal Putri Mandalika di Pantai Seger. Drama ini diambil dari cerita rakyat yang berkembang di dalam masyarakat setempat tentang asal-usul Nyale – dan kini menjadi bagian kesusasteraan cerita rakyat Indonesia. Bagaimana kisah selengkapnya?
Tersebutlah di Lombok sebuah Kerajaan Tonjang Beru, seorang putri cantik bernama Putri Mandalika. Ia dikaruniai paras yang sangat elok, hingga membuat para pangeran berebut ingin memiliki hatinya. Mereka berdatangan ke Kerajaan Tonjang Beru dengan maksud melamar Putri Mandalika. Namun, Sang Putri, menolak semua para pangeran tersebut dengan halus.
Di antara para pangeran yang melamar Putri Mandalika, ada dua orang pangeran yang tampaknya keberatan dengan penolakan tersebut. Dua pangeran tersebut adalah Pangeran Datu Teruna dari Kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur. Mereka tidak terima ditolak oleh Putri Mandalika. Lantaran itu, mereka mengancam, jika Putri Mandalika tidak menerima pinangan salah satu di antara mereka, Kerajaan Tonjang Beru akan diserang.
Secara otomatis, ancaman tersebut membuat hati rakyat Tonjang Beru gelisah. Walaupun, Kerajaan Tonjang Beru besar, tapi pasukannya tidaklah sebanyak Kerajaan Johor atau Kerajaan Lipur.
Pada akhirnya, Putri Mandalika bersemedi. Ia berharap dapat menjatuhkan pilihan pada salah seorang pangeran supaya negerinya selamat dari marabahaya. Tapi, bisikan yang terdengar di lubuk hatinya berkata lain. Dalam bisikan itu, Putri Mandalika disuruh mengundang kedua pangeran pada tanggal 20 bulan 10 (menurut penanggalan masyarakat Sasak) di Pantai Kuta, Lombok. Sang Putri menitahkan utusannya untuk menemui kedua pangeran dengan pesan yang sama seperti dalam bisikan tersebut.
***
Pada hari H, semua orang berkumpul di Pantai Kuta, Lombok, termasuk rakyat Kerajaan Tonjang Beru. Mereka ingin menyaksikan siapa yang dipilih Putri Mandalika di antara dua pangeran. Para pangeran pun juga datang. Sekira pukul tiga sore hari, akhirnya Putri Mandalika keluar juga. Semua menantikan apa yang akan dikatakannya.
“Terima kasih, kalian berdua telah memenuhi undanganku. Aku telah menetapkan bahwa diriku tidak dapat memilih salah satu di antara dua pangeran. Hari ini, aku memutuskan bahwa diriku untuk kalian semua. Takdir menghendaki aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati, pada bulan dan tanggal yang sama setiap tahunnya di sini.”
Setelah berkata seperti itu, Putri Mandalika menceburkan dirinya ke dalam laut, dan langsung ditelan gelombang. Mendadak langit berubah gelap, angin bertiup kencang, kilat dan petir menyambar-nyambar. Sesaat kemudian, suasana berubah menjadi terang kembali. Semua orang, tanpa kecuali mencari-cari keberadaan Sang Putri.
Pada saat seperti itu, muncullah cacing-cacing laut kecil yang jumlahnya sangat banyak, yang kini disebut sebagai Nyale. Barulah mereka mengetahui apa yang dikatakan oleh Sang Putri. Lalu beramai-ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak-banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau keperluan lainnya.
Baca lainnya dari kumpulan cerita rakyat Indonesia.
Baru saja anda membaca artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale dengan alamat link https://smkn1serikualalobam.blogspot.com/2010/01/cerita-rakyat-indonesia-106-legenda.html
Seberapa dalam artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale ini dapat kami bahas dan jabarkan kepada anda, kiranya tidak mengurangi makna. Kami hanya berpesan kepada pembaca SMK NEGERI 1 SERI KUALA LOBAM, jadikan artikel kami ini sebagai materi tambahan. Jika masih kurang lengkap, pembaca dapat menambah wawasan dengan mencari artikel serupa diblog lainnya atau menanyakan langsung kepada pakar yang mahir dengan masalah √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale. Selamat menambah wawasan!
√ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale
Penangkapan Nyale sudah menjadi tradisi (budaya) Pulau Lombok yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 (dalam kalender Sasak). Tradisi yang diisi dengan acara peresean, membuat kemah, dan mengisi acara malam dengan berbagai kesenian tradisional – seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu).Selain semua kegiatan itu, digelar juga pertunjukan mengenai asal-usul penangkapan Nyale, yang didasarkan pada naskah drama kolosal Putri Mandalika di Pantai Seger. Drama ini diambil dari cerita rakyat yang berkembang di dalam masyarakat setempat tentang asal-usul Nyale – dan kini menjadi bagian kesusasteraan cerita rakyat Indonesia. Bagaimana kisah selengkapnya?
Cerita rakyat Putri Nyale
Tersebutlah di Lombok sebuah Kerajaan Tonjang Beru, seorang putri cantik bernama Putri Mandalika. Ia dikaruniai paras yang sangat elok, hingga membuat para pangeran berebut ingin memiliki hatinya. Mereka berdatangan ke Kerajaan Tonjang Beru dengan maksud melamar Putri Mandalika. Namun, Sang Putri, menolak semua para pangeran tersebut dengan halus.
Di antara para pangeran yang melamar Putri Mandalika, ada dua orang pangeran yang tampaknya keberatan dengan penolakan tersebut. Dua pangeran tersebut adalah Pangeran Datu Teruna dari Kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur. Mereka tidak terima ditolak oleh Putri Mandalika. Lantaran itu, mereka mengancam, jika Putri Mandalika tidak menerima pinangan salah satu di antara mereka, Kerajaan Tonjang Beru akan diserang.
Secara otomatis, ancaman tersebut membuat hati rakyat Tonjang Beru gelisah. Walaupun, Kerajaan Tonjang Beru besar, tapi pasukannya tidaklah sebanyak Kerajaan Johor atau Kerajaan Lipur.
Pada akhirnya, Putri Mandalika bersemedi. Ia berharap dapat menjatuhkan pilihan pada salah seorang pangeran supaya negerinya selamat dari marabahaya. Tapi, bisikan yang terdengar di lubuk hatinya berkata lain. Dalam bisikan itu, Putri Mandalika disuruh mengundang kedua pangeran pada tanggal 20 bulan 10 (menurut penanggalan masyarakat Sasak) di Pantai Kuta, Lombok. Sang Putri menitahkan utusannya untuk menemui kedua pangeran dengan pesan yang sama seperti dalam bisikan tersebut.
***
Pada hari H, semua orang berkumpul di Pantai Kuta, Lombok, termasuk rakyat Kerajaan Tonjang Beru. Mereka ingin menyaksikan siapa yang dipilih Putri Mandalika di antara dua pangeran. Para pangeran pun juga datang. Sekira pukul tiga sore hari, akhirnya Putri Mandalika keluar juga. Semua menantikan apa yang akan dikatakannya.
“Terima kasih, kalian berdua telah memenuhi undanganku. Aku telah menetapkan bahwa diriku tidak dapat memilih salah satu di antara dua pangeran. Hari ini, aku memutuskan bahwa diriku untuk kalian semua. Takdir menghendaki aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati, pada bulan dan tanggal yang sama setiap tahunnya di sini.”
Setelah berkata seperti itu, Putri Mandalika menceburkan dirinya ke dalam laut, dan langsung ditelan gelombang. Mendadak langit berubah gelap, angin bertiup kencang, kilat dan petir menyambar-nyambar. Sesaat kemudian, suasana berubah menjadi terang kembali. Semua orang, tanpa kecuali mencari-cari keberadaan Sang Putri.
Pada saat seperti itu, muncullah cacing-cacing laut kecil yang jumlahnya sangat banyak, yang kini disebut sebagai Nyale. Barulah mereka mengetahui apa yang dikatakan oleh Sang Putri. Lalu beramai-ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak-banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau keperluan lainnya.
Baca lainnya dari kumpulan cerita rakyat Indonesia.
Penutup Artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale
Demikian artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale kali ini, semoga bisa memberi manfaat untuk anda semua pembaca blog SMK NEGERI 1 SERI KUALA LOBAM. Allright, sampai jumpa pada postingan artikel lainnya.
Baru saja anda membaca artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale dengan alamat link https://smkn1serikualalobam.blogspot.com/2010/01/cerita-rakyat-indonesia-106-legenda.html
Artikel √ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale ini kami arsipkan pada kategori Cerita Rakyat Lombok.
Post a Comment for "√ Cerita Rakyat Indonesia #106: Legenda Putri Nyale"